11/07/2014

LIYAN adalah AKU YANG LAIN

Liyan adalah aku yang lain
( sebuah Refleksi )

S
uatu kebenaran umum bahwa manusia berjiwa dan berakal budi. Ia adalah ciptaan Tuhan yang terbaik dan sempurna dari semua makhluk yang ada. Namun kerap dalam kehidupan ini sebagian besar orang belum mampu melihat arti di balik manusia. Pandangan terhadap siapa orang lain dan liyan masih dangkal. Terjadi banyaknya diskriminasi dalam segala aspek kehidupan adalah salah satu akibat dari ketidakmampuan ini. Oleh sebab itu dibutuhkan pengenalan akan”aku” aku dan liyan.

Siapa “aku” ?          
Jiwa dan raga dan akal budi adalah unsur hakiki dari manusia, kekodratan diri manusia dan ke-esensial-an manusia. Kebenaran itu mutlak dan tidak bisa digugat lagi karena ketiga syarat itu harus ada pada manusia. Sebab jika manusia memiliki jiwa dan raga saja tanpa berakal budi tidak bisa disebut manusia karena makhluk-makhluk yang lain pun memiliki kedua unsur tersebut. Mustahil juga jika manusia lahir tanpa jiwa raga dan akal budi. Seandainya ada pengakuan yang demikian, itu merupakan kesalahan absolut dan sebuah kemustahilan yang mutlak. Lalu, mengapa ada istilah “aku” pada manusia ? Apakah “aku” itu?
            Aku memang manusia tetapi  “aku” bukan sekedar manusia yang memiliki jiwa raga dan akal budi. “Aku” di sini memaksudkan sesuatu yang lain yang lebih dari ketiga unsur itu pada manusia. “Aku” menunjukkan keseluruhan manusia. Keseluruhan di sini mau menegaskan bahwa “ aku “ bukan sekedar berjiwa raga dan berakal budi, melainkan keutuhan dari diri manusia, keutuhan “aku”, keseluruhan tindakan aku,dan kesadaran akan keseluruhan pengalaman perjalanan hidup aku. Bagaimana keseluruhan manusia itu bisa dikatakan? Keseluruhan  manusia berawal dari kesadaran “aku”. Dari kesadaran “aku’’ ini manusia dibawa kepada permenungan yang mendalam tentang dirinya sampai ia menyadari ke-ada-anku, realitas pengada-ku, kesadaran tentang seluruh eksistensi keberadaanku dan pengalamanku secara menyeluruh. Ketika sadar, mengerti, dan paham akan semuanya itu “aku” menjadi sebuah pengetahuan yang  mengatasi segala kemampuan intelektual aku. “ Aku” menjadi sebuah pengetahuan yang menjadi pemecahan masalah pada diri manusia. “aku” lah yang pertama mengajak manusia itu melihat tujuan hidup manusia yang sebenarnya. Apakah tujuan “ aku” pada diri manusia?
            Socrates dalam pemikirannya mengusung bahwa manusia itu pertama-tamanya ialah jiwanya; Aristoteles mengatakan bahwa manusia ialah makhluk berakal budi, dan Descartes mengatakan cogito ergo sum[1]. Pernyataan-penyataan para filosof tersebut belum bisa dikatakan “aku’ melainkan bagian dari”aku” karena “aku’ adalah keseluruhan manusia, yang satu, dan utuh.  “aku” adalah suci, murni, dan luhur. Karena bersifat demikian, maka tujuan “aku” manusia ialah mencari suatu kebenaran absolut, kebaikan, keindahan, dan keterbukaan. Dengan demikian manusia menjadi semakin mengodratkan dirinya dan “aku”  semakin meng-eksistensi dalam diri manusia.

Siapa liyan ?
            Orang lain selalu hidup berdampingan dengan aku. Tanpa kehadiran orang lain aku tidak bisa menyadari kehadiranku, ke-ada-anku. Hal ini menunjukkan bahwa orang lain begitu besar peranannya dalam realitas pengada-ku. Aku dilahirkan dari orang lain dan orang lain juga lahir dari orang lain begitu seterusnya. Oleh sebab itu, kehadiran mereka menunjukkan suatu kesatuan hidup manusia karena manusia tidak pernah hidup sendiri tetapi selalu bersama orang lain. Itulah orang lain. Lalu, mengapa ada liyan ?
            Liyan memang berarti orang lain sama dengan the other. Namun liyan dalam pengertian ini lebih cenderung pada makna yang negatif. Dibandingkan dengan penjelasan sebelumnya, liyan ialah sebutan bagi orang lain yang “ diorang-lainkan “. Kehadiran mereka merupakan yang terpisahkan dari kehidupan yang normal. Kehadiran mereka merupakan yang perlu dihindari dan dijauhi dari kehidupan aku. Kehadiran mereka merupakan yang tidak dianggap dan yang perlu “dilenyapkan”. masih banyak pengertian tentang liyan dalam kehidupan ini : PSK, korban bencana, korban perang, para buruh, dan penderita HIV/AIDS misalnya, adalah liyan yang nyata di masa sekarang dan masih banyak bentuk lainnya. Akibat dari gelar liyan yang dicapkan kepada mereka ini menjadikan mereka sendiri tidak bisa mengembangkan kapasitas manusianya, kehilangan esensi partisipasinya, dan selalu hidup dalam keterbelengguan, keterpurukan, dan kehilangan hakikatnya sebagai manusia.

aku - liyan adalah relasi
            Mengatakan aku-liyan adalah relasi dimulai dengan “ know your self “. Hal ini sangat penting bagi perkembangan mutu hidup manusia dari zaman ke zaman. Dengan mengenal diri sendiri aku akan dibawa kepada kesadaran bahwa aku dan liyan adalah  jenis makhluk yang sama yang  berjiwa raga dan berakal budi dan merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna. Tetapi “know your self ” juga mengajak manusia menyadari bahwa aku dan liyan adalah ber”aku “ yang sama sekaligus berbeda. Inilah awal relasi.
            Mencapai suatu relasi aku-liyan membutuhkan cinta. Cinta sangat menentukan dalam sebuah relasi. Tanpa cinta tidak ada seorang pun dapat menjalin sebuah relasi. Contoh, ketika kita marah dan benci dengan seorang teman, kita pasti tidak mau menegur, menyapa, dan berbicara dengannya. Dari contoh tersebut mau mengatakan bahwa saat pengalaman itu terjadi relasi menghilang. Orang akan mulai membangun tembok pemisah antara dirinya dan orang yang dimusuhinya. Pemisahan ini akan terus berlanjut jika tidak ada kesadaran akan cinta.
            Relasi aku-liyan merupakan persahabatan dan bukan permusuhan. Aku mau bergaul dengan liyan pertama-tama bukan bermaksud memanfaatkan kehancurannya sebagai liyan, melainkan karena sebuah kesadaran “aku”. Aku bersahabat mempunyai arti aku memberikan ruang agar liyan memenuhi aku. Kehadiran liyan lantas menjadi penuh makna bagi hidup aku. Kehadiran liyan melengkapi apa yang kurang dari hidupku dan dari kekurangan pengertian-ku akan realitas manusia dan keseluruhannya, baik “aku” manusia maupun liyan. Aku bersahabat menandakan sebuah empati aku akan liyan bahwa ia patut diperhatikan, didekati, dan mengakui eksistensi-nya sebagai manusia, teman,dan saudara. Relasi ini akan lebih bermakna saat aku mau memosisikan diri sebagai liyan dan liyan memosisikan diri sebagai aku. Saat memosisikan diri secara demikian, baik aku maupun liyan, akan terjadi hubungan timbal balik antarkeduanya : betapa sakitnya menjadi liyan dan betapa nyamannya menjadi aku. Dari pertukaran yang demikian akan terjadi perubahan   pandangan dalam hidup manusia dan akan terjadi perbaikan dan perkembangan mutu hidup aku-liyan sebagai manusia. inilah sebuah relasi yang menunjukkan sebuah kesadaran “aku” bahwa liyan adalah aku dan aku adalah liyan. Relasi keduanya ini telah  memunculkan sebuah konsep “ you are the other of me “ yang mampu mengubah pandangan dunia tentang siapa liyan itu. Inilah pengakuan eksistensi akan liyan, inilah relasi aku-liyan, dan konsep tentang liyan sebenarnya tidak ada. Perlu kesadaran akan realitas ini.

Kesimpulan
            Kesadaran akan “aku” aku dan kesadaran akan “aku” liyan sangat dibutuhkan dalam realitas kehidupan ini. Hal ini perlu direfleksikan oleh setiap orang untuk melihat kembali dan menyelami makna  ke-eksistensial-an manusia : siapa aku dan orang lain dan apa tujuan dari kehadiran aku dan orang lain. sadarlah aku ada karena kau ada( judul lagu dari radja band ).



[1]Bdk. Prof. Dr. Armada Riyanto, CM, Marcellius Ari Christy, Paulus Punjung Widodo, AKU & LIYAN, ( Malang : Widya Sanana Publication, 2011 ), hlm. 5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar