Liyan adalah
aku yang lain
( sebuah
Refleksi )
S
|
uatu kebenaran umum bahwa manusia berjiwa
dan berakal budi. Ia adalah ciptaan Tuhan yang terbaik dan sempurna dari semua
makhluk yang ada. Namun kerap dalam kehidupan ini sebagian besar orang belum
mampu melihat arti di balik manusia. Pandangan terhadap siapa orang lain dan liyan masih dangkal. Terjadi banyaknya
diskriminasi dalam segala aspek kehidupan adalah salah satu akibat dari
ketidakmampuan ini. Oleh sebab itu dibutuhkan pengenalan akan”aku” aku dan liyan.
Siapa “aku” ?
Jiwa dan raga dan
akal budi adalah unsur hakiki dari manusia, kekodratan diri manusia dan
ke-esensial-an manusia. Kebenaran itu mutlak dan tidak bisa digugat lagi karena
ketiga syarat itu harus ada pada manusia. Sebab jika manusia memiliki jiwa dan
raga saja tanpa berakal budi tidak bisa disebut manusia karena makhluk-makhluk
yang lain pun memiliki kedua unsur tersebut. Mustahil juga jika manusia lahir
tanpa jiwa raga dan akal budi. Seandainya ada pengakuan yang demikian, itu
merupakan kesalahan absolut dan sebuah kemustahilan yang mutlak. Lalu, mengapa
ada istilah “aku” pada manusia ? Apakah “aku” itu?
Aku
memang manusia tetapi “aku” bukan
sekedar manusia yang memiliki jiwa raga dan akal budi. “Aku” di sini
memaksudkan sesuatu yang lain yang lebih dari ketiga unsur itu pada manusia.
“Aku” menunjukkan keseluruhan manusia. Keseluruhan di sini mau menegaskan bahwa
“ aku “ bukan sekedar berjiwa raga dan berakal budi, melainkan keutuhan dari
diri manusia, keutuhan “aku”, keseluruhan tindakan aku,dan kesadaran akan keseluruhan
pengalaman perjalanan hidup aku. Bagaimana keseluruhan manusia itu bisa
dikatakan? Keseluruhan manusia berawal
dari kesadaran “aku”. Dari kesadaran “aku’’ ini manusia dibawa kepada
permenungan yang mendalam tentang dirinya sampai ia menyadari ke-ada-anku,
realitas pengada-ku, kesadaran tentang seluruh eksistensi keberadaanku dan
pengalamanku secara menyeluruh. Ketika sadar, mengerti, dan paham akan semuanya
itu “aku” menjadi sebuah pengetahuan yang
mengatasi segala kemampuan intelektual aku. “ Aku” menjadi sebuah pengetahuan
yang menjadi pemecahan masalah pada diri manusia. “aku” lah yang pertama mengajak manusia itu melihat tujuan
hidup manusia yang sebenarnya. Apakah tujuan “ aku” pada diri manusia?
Socrates
dalam pemikirannya mengusung bahwa manusia itu pertama-tamanya ialah jiwanya; Aristoteles
mengatakan bahwa manusia ialah makhluk berakal budi, dan Descartes mengatakan cogito ergo sum[1]. Pernyataan-penyataan
para filosof tersebut belum bisa dikatakan “aku’ melainkan bagian dari”aku”
karena “aku’ adalah keseluruhan manusia, yang satu, dan utuh. “aku”
adalah suci, murni, dan luhur. Karena bersifat demikian, maka tujuan “aku” manusia
ialah mencari suatu kebenaran absolut, kebaikan, keindahan, dan keterbukaan.
Dengan demikian manusia menjadi semakin mengodratkan dirinya dan “aku” semakin meng-eksistensi dalam diri manusia.
Siapa liyan
?
Orang
lain selalu hidup berdampingan dengan aku. Tanpa kehadiran orang lain aku tidak
bisa menyadari kehadiranku, ke-ada-anku. Hal ini menunjukkan bahwa orang lain
begitu besar peranannya dalam realitas pengada-ku. Aku dilahirkan dari orang
lain dan orang lain juga lahir dari orang lain begitu seterusnya. Oleh sebab itu, kehadiran mereka menunjukkan suatu kesatuan
hidup manusia karena manusia tidak pernah hidup sendiri tetapi selalu bersama
orang lain. Itulah orang lain. Lalu, mengapa ada liyan ?
Liyan memang berarti orang lain sama
dengan the other. Namun liyan dalam pengertian ini lebih
cenderung pada makna yang negatif. Dibandingkan dengan penjelasan sebelumnya, liyan ialah sebutan bagi orang lain yang
“ diorang-lainkan “. Kehadiran mereka merupakan yang terpisahkan dari kehidupan
yang normal. Kehadiran mereka merupakan yang perlu dihindari dan dijauhi dari
kehidupan aku. Kehadiran mereka merupakan yang tidak dianggap dan yang perlu
“dilenyapkan”. masih banyak
pengertian tentang liyan dalam kehidupan
ini : PSK, korban bencana, korban perang, para buruh, dan penderita HIV/AIDS
misalnya, adalah liyan yang nyata di masa
sekarang dan masih banyak bentuk lainnya. Akibat dari gelar liyan yang dicapkan kepada mereka ini
menjadikan mereka sendiri tidak bisa mengembangkan kapasitas manusianya,
kehilangan esensi partisipasinya, dan selalu hidup dalam keterbelengguan,
keterpurukan, dan kehilangan hakikatnya sebagai manusia.
aku - liyan
adalah relasi
Mengatakan
aku-liyan adalah relasi dimulai
dengan “ know your self “. Hal ini
sangat penting bagi perkembangan mutu hidup manusia dari zaman ke zaman. Dengan
mengenal diri sendiri aku akan dibawa kepada kesadaran bahwa aku dan liyan adalah jenis makhluk yang sama yang berjiwa raga dan berakal budi dan merupakan
ciptaan Tuhan yang sempurna. Tetapi “know
your self ” juga mengajak manusia menyadari bahwa aku dan liyan adalah ber”aku “ yang sama
sekaligus berbeda. Inilah awal relasi.
Mencapai
suatu relasi aku-liyan membutuhkan
cinta. Cinta sangat menentukan dalam sebuah relasi. Tanpa cinta tidak ada
seorang pun dapat menjalin sebuah relasi. Contoh, ketika kita marah dan benci
dengan seorang teman, kita pasti tidak mau menegur, menyapa, dan berbicara
dengannya. Dari contoh tersebut mau mengatakan bahwa saat pengalaman itu
terjadi relasi menghilang. Orang akan mulai membangun tembok pemisah antara dirinya
dan orang yang dimusuhinya. Pemisahan ini akan terus berlanjut jika tidak ada
kesadaran akan cinta.
Relasi
aku-liyan merupakan persahabatan dan
bukan permusuhan. Aku mau bergaul dengan liyan
pertama-tama bukan bermaksud memanfaatkan kehancurannya sebagai liyan, melainkan karena sebuah kesadaran
“aku”. Aku bersahabat mempunyai arti aku memberikan ruang agar liyan memenuhi aku. Kehadiran liyan lantas menjadi penuh makna bagi
hidup aku. Kehadiran liyan melengkapi
apa yang kurang dari hidupku dan dari kekurangan pengertian-ku akan realitas
manusia dan keseluruhannya, baik “aku” manusia maupun liyan. Aku bersahabat menandakan sebuah empati aku akan liyan bahwa ia patut diperhatikan, didekati,
dan mengakui eksistensi-nya sebagai manusia, teman,dan saudara. Relasi ini akan
lebih bermakna saat aku mau memosisikan diri sebagai liyan dan liyan memosisikan
diri sebagai aku. Saat memosisikan diri secara demikian, baik aku maupun liyan, akan terjadi hubungan timbal
balik antarkeduanya : betapa sakitnya menjadi liyan dan betapa nyamannya menjadi aku. Dari pertukaran yang
demikian akan terjadi perubahan pandangan dalam hidup manusia dan akan
terjadi perbaikan dan perkembangan mutu hidup aku-liyan sebagai manusia. inilah
sebuah relasi yang menunjukkan sebuah kesadaran “aku” bahwa liyan adalah aku dan aku adalah liyan. Relasi keduanya ini telah memunculkan sebuah konsep “ you are the other of me “ yang mampu
mengubah pandangan dunia tentang siapa liyan
itu. Inilah pengakuan eksistensi akan liyan,
inilah relasi aku-liyan, dan konsep
tentang liyan sebenarnya tidak ada. Perlu
kesadaran akan realitas ini.
Kesimpulan
Kesadaran
akan “aku” aku dan kesadaran akan “aku” liyan
sangat dibutuhkan dalam realitas kehidupan ini. Hal ini perlu direfleksikan oleh
setiap orang untuk melihat kembali dan menyelami makna ke-eksistensial-an manusia : siapa aku dan orang
lain dan apa tujuan dari kehadiran aku dan orang lain. sadarlah aku ada karena kau ada( judul lagu
dari radja band ).
[1]Bdk.
Prof. Dr. Armada Riyanto, CM, Marcellius Ari Christy, Paulus Punjung Widodo, AKU & LIYAN, ( Malang : Widya Sanana
Publication, 2011 ), hlm. 5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar